Sabtu, 31 Desember 2011

hingga sebuah musim


 
: angin nakal
menelikung
hujan basi
di sebuah musim berakhir
menghembus cerita
deru perih
runtuhkan lagi dinding hati
kerakkerak luka
menebal
angin nakal tiris mengiris
hingga
di lengang setengah malam
tak ingin kudengar

'ngkau dera aku
dengan kisah tentangnya
dalam penat rindu
mengoyak-robek
surai mimpi berlalu
oh..
kuda Troya terlalu lamban
terbakar buntutnya


Dak,  12.11
(Sajak Kolaborasi dengan Efvhan Fajrullah)

banjir tanpa protes

: di pundak odongodong
peluh menggumpal
di bahu dahi
sepagian
dan
coklat air menjadi monster
meluap kejar-mengejar
mumbul
dari gorong-gorong kota
berbanding terbalik
di dalam kepala
timbunan
lembar kertas kerja
berserak
dari laci
atas meja
sampai ke selokan hati
pun inbox email
terbaca penuh
dengan pengingat deadline

duh,
haruskah
kumaki Poseidon
sembarang melempar tridan
memaki masyarakat
sembrono membuang sampah
atau
pemerintah asalasalan
membangun drainese

-- yang jelas;
aku pucat sekarang
takut terjungkal dari odongodong
plus fobia meja kerja
hingga tiba siang
nanti
di kantor tersiksa --


Dak,  12.11
(sajak kolaborasi dengan Efvhan Fajrullah)

Kamis, 22 Desember 2011

ini saja...!

: hanya ingin
ngkau

yang merajai
mimpiku
malam ini
sayap duka
sendu do'a
ngalun
kesetiap denyar rindu
pada si pentitih jiwa
terkasih
ibunda..!

untuknya...
jelas tak akan habis do'a-do'a
takkan henti harap
memohon
yang terbaik
buat ibunda
dimanapun kini berada
dan
takkan pernah
semimpi pun niat
untuk menukar
semua kenangan
tentangmu
dengan apapun..!
hingga jika
seribu kehidupan ditawarkan
padaku
tetap
hanya ingin 'ngkau saja
yang jadi bundaku


Dak  22.12.11
( Kolaborasi dialog puitik dengan Efvhan Fajrullah )

Senin, 19 Desember 2011

per-sekian ingatan

 
... perkenankan
: aku kan tetap
menulis tiap sukukata
dialogdialog
tiap detak dari detik
kebersamaan
canda
amarah
tawa
kesal
kita
bahkan
seandai mendadak
'ngkau buta huruf

pun andai tak lagi mengingat
ku
maka izinkan kubaca untukmu
menanam lagi
tiap helai ingatan
detikdetik 
bersama
lalui  dan menjelajah
merenda waktu 
sebab.. kuingin 'ngkau
mengingatku
seperti aku mengingatmu


 Dak, 12.11
(Sajak Kolaborasi dengan Efvhan Fajrullah)

Rabu, 14 Desember 2011

-- de gub edug --

.

: degub serupa bedug
mentalu di seluas lembah

dug_dug..
deg_deg..
dug_deg..
lama menghitung resah
degub jantung
dug_dug..
dug_dug..
dug_dug..
dada mendegub
 sejuta satu dekap  rasa

dug_dug..
ber de gub.. dug_dug...
tari rindu menggila
jemari cemburu membunuh
setiap dekak berdenyar
rinai pada sungai airmata


Dak,  12.11
(Sajak Kolaborasi with Efvhan Fajrullah)

Minggu, 11 Desember 2011

opera dionysus di pintu takdir


: bersamamu
kuputuskan
berjudi dengan nasib
tetapkan hati tuk memilih
berhenti munafiq
akui rasa
meski jutaan aturan menentang
-- bukankah pada akhirnya
cinta pasti menang? --


dan
nasib pulalah
terkunci berputar
pada
dadudadu tanpa angka
mencongak hitungan
setiap mungkin
berjuang penat
untuk akhirnya 
dikalahkan
takdir
duh.. 


Dak,  12.11
(Sajak Kolaborasi dengan Efvhan Fajrullah)

Kamis, 08 Desember 2011

it be...


: mabuklah..
di belantara katakata

muntahkan kalimatmu
apapun bahasa
yang 'ngkau keluarkan
aku di sini
untuk membaca
dan menyimak
setiap rasanya
loloskan
dari selubang jarum
jadikan
setiap tetes diksinya anggur
yang memecut denyar
pembuluh darah
mistis menjadi imaji
kemabukan dalam keriangan
merayakan
segala suka
semua nestapa



Dak, 12.11
*(Kolaborasi dialog puitik dengan Efvhan Fajrullah)
Jum'at 02 Desember : 23.36 - 00.17 WIB

Lepaslah Bebas

sayang,
usahlah kau bersusah payah
mengirimi aku mawar berwarna pelangi
baik kirimkan padaku sapu tangan saja

jangan khawatir
sudah kupawang hujan
usah hiraukan retak mengarak remuk
aku kepalang mengarang

pergilah sayang
sebelum bendunganku
jebol termakan lumut waktu

sayang,
lelah sudah kaki ini menyangga asa
beribu cara kutempuh tuk taklukan tinggi bukit hati
tak tertaklukan.
telah kuperas peluhku, namun tak jua tergarami lautmu

kutetapkan untaian resah ini.
menjalinnya sebagai renda kerinduan
indah, meski tanpa pandangan nyata
daripada jurang hampa semakin menyedot rasa

pergilah sayang.
bebas lepas
terbanglah bersama sejuta inginmu


Nalda & Dak 02.10
Dalam kolaborasi

Hanya Sebuah Kisah

antara kita
tak ada selamat tinggal
karena kisah ini memang belum selesai
[dulu, aku buatku engkau sebuah cerita
pada buku catatan bersampul merah jambu,
pada halaman pertamanya aku buat,
gambar hati pada lingkarannya kutulisi namamu.]

berlarilah sejauh kau bisa
aku disini saja
menantimu mengumpulkan keberanian tuk akhiri cerita
[coba kau buka lagi buku itu,
Pada tengahnya aku tulisi:
“Hai, Bidadari, aku jatuh cinta padamu,
Pernahkah kau rasakan itu?”
Aku kira tidak!
Sebab tak satu pun komentarmu tertulis di halaman itu]

tapi cepatlah kembali begitu kau bisa
jangan gantung aku lebih lama
karena kutakut kecewaku lahirkan dendam luka
[lihatlah halaman terakhir buku itu,
Ada puisi cinta, khusus ku tulis pada sebuah malam
Ketika wajahmu terus menggodaku
Hingga aku lupa mengganti lambang sigma dengan hati terpanah!]

ahh, antara kita
daun-daun mengering
kuncup-kuncup harap layu menguning
[sampul belakang buku itu,
Hilang, terlepas saat hujan terlalu deras
Hingga aku berbasah-basah ditinggal engkau yang gelisah,
“adakah kisah itu akan kau ceritakan? Pada siapa?”]

21-okt-2011
Kang_Insan dan Dwi Andari

Masih Ingatkah Kau Tentang Waktu ?

Masih ingatkah kau tentang waktu?
Ya, waktu yang mempertemukan dan membiarkan kita
menulis cerita, yang bisa dinikmati lewat imaji liar,
Atau sekadar rayu-rayu anak remaja,
Cuma siapa pula yang mau mengenangnya?
Aku?..
Tidak!
Please, jangan tatap aku seperti itu lagi!
mungkin aku memang tak ingin
menatap dan mempercayai apa yang ada di matamu
karena aku tak akan lagi
membiarkan pesonamu membakar rindu
yang pernah kau bekukan dulu.
Biarkanlah, waktu itu usang
Kita tinggalkan sendirian
Mengais-ngais kesempatan
yang tak akan aku biarkan datang menghapiri lagi!


21-okt-2011
Kang_Insan dan Dwi Andari

Episode MampukaH

Hujan
turun tibatiba
deras berpetir keras
menampar angin bangunkan sadar

Ingatan satusatu datang
bersama kilat yang menyambar garang
pun air mata menetes jalang
berharap waktu bisa diulang

Tapi waktu tak bisa diulang
hanya bisa dipanggil tuk dikenang
pun suaramu kembali terngiang
lembut lantunkan puisi goresan tangan

" Lihatlah apa yang ku lihat
ditepi senja yang berjubah jingga
ia tampak lebih bersahaja

Dengarlah apa yang ku dengar
begitu lembut menyatu dengan angin
menyusup ketelingaku nyanyian rindu

Terjemahkanlah dengan nuranimu
segala rasa yang ada
saat semua terdiam "

Hujan reda
hadirkan segaris jingga diujung senja
dan dalam diammu
kau terjemahkan semua
: sempurna


Dak - Adis 12.09
sebuah kolaborasi oretanku dgn puisi Mas Adis (Alm)
EPISODE MAMPUKAH by ADIS Medio - Sept.08 ( cetak miring )

Elegi Rumput Liar

Panjang kemarau menyulut gersang
Bakar tiangtiang cinta
Asmara kini tinggal seonggok debu
Menutupi luka menjaga perihnya

Suara gending lembut mengalun
Melenggokkan sepi pada gemulai ayunan hampa
Sesekali menjejak resah
: mabuk kepayang

Pun angin membawa badai
Dingin jelmakan gigil
Menusuk tulang, bekukan hati
Hanya hawa silih berganti
Setia, pompa jantung menjaga degupnya

……………….
Rumput liar bertahan hidup
: tumbuh
Lupalah kemarau, usailah badai
: subur mekar kembang setaman

Nalda – Dak, 01 10
Kolaborasi

Batin Yang Hampir Karam

Substansi sadar o_tak ku berpendar
dapati cinta berbuah lara kebencian
padat berjuta nuansa nanar
aku tenggelam
dalam perangkap kesangsian gapai hari esok

Dalam kalap jiwa yang kau jebak
ku tata luka dan berdiri patahkan elemen rasa
kenakan busana baru rajutan dendam lama
dan penuhi katup tangki doa dengan kutuk serapah

Tak tertampak warna selain berbias buram
setumpuk nilai_pun sirna dibenam nafsu angkara
nurani sungguh tlah tertawan dan karam
pada rongga gulita bersenggama kecewa

Tertatih
kugenggam erat cerabut asa tersisa
coba semai pada atmosfir puing hati terbelah
......................
hanya itu yang kupunya


21.11.09.-
MasAbodDoLAH - Dwi Andari

DendaM MembarA

Dikeremangan senja yang semakin uzur
resah singgah patahkan penyanggah asa
bingkai-bingkai asmara yang kita lukiskan berdua
koyak cabik terburai hianat dusta kata belaka
pecah...,porak poranda

malam masih terlalu muda,saat senandungkan pilu
rotasi waktu terus bergulir, tak perduli ia !
membuka lembar perih, luka lama terlahir kembali
menganga lebar

aah..
dendam ini benar-benar menghisap dan membakarku
hati nurani dan belulang tlah hangus menghitam
bersetubuh dengan kesumat kebencian

pada relung selimut pesimistis
mengintip bias cahaya purnama, pun harap terkemas tanya
..................
masih kan bertumbuhkah
tunas cinta penyejuk kalbu ?
dalam dahaga...


20.11.09
MasAbodDoLAH-Dwi Andari